BUDAYA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA KURANG DARI 6 BULAN DI DESA LEUWIBATU RUMPIN
DOI:
https://doi.org/10.32832/hearty.v7i1.2297Abstrak
Angka ASI Ekskusif di Jawa Barat Indonesia masih sangat rendah yaitu 48.1% dibawah rata-rata cakupan seluruh Indonesia 54% (dari tertinggi 79.9% di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan terendah 32,3% Gorontalo).
(Kemenkes RI,2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui budaya pemberian makanan pendamping asi (MPASI) pada bayi berusia kurang dari 6 bulan dilihat dari usia pertama kali pola pemberian, jenis makanan,
pengetahuan ibu dan kepercayaan. Rancangan penelitian menggunakan kualitatif jenis Rapid Assesment Prosedure (RAP) dimana dapat digunakan dalam waktu 3 bulan. Sampel penelitian berjumlah 30, terdiri dari 6
informan kunci dan 24 informan ibu. Pengambilan data wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukan tidak ada pengaruh pengetahuan ibu yang kurang engenai ASI Ekslusif dan pemberian MP ASI
yang benar pada kelompok ibu yang mengunjungi posyandu dengan yang tidak mengunjungi posyandu. Ratarata MPASI pertama kali diberikan pada usia 3 bulan dengan jenis makanan pisang, bubur kemasan dan biskuit meskipunada sebagian ibu memberikan MPASI di usia 0 bulan . Kepercayaan pemberian makanan dari masyarakat agar bayi tidak lapar, haus, tidak sariawan dan bisa cepat besar. Rekomendasi diperlukannya pendekatan program kesehatan MP ASI pada tokoh masyarakat, orang tua, dan suami mengenai pengetahuan MP-ASI dini. Selain itu diperlukan media pendukung yang dapat dibawa ke rumah sebagai kontrol MP ASI ibu, membantu program posyandu