Identifikasi Dan Analisis Desa Tertinggal Di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bogor
DOI:
https://doi.org/10.32832/inovator.v11i2.7187Keywords:
IDM, Disadvantaged Village, Border, Wirajaya.Abstract
"Abstraksi
Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan desa diukur dengan pencapaian Indeks Desa Membangun (IDM), status keberhasilan dalam IDM tersebut dilihat dari 5 kategori yakni (1). Status desa sangat tertinggal, (2), Desa tertinggal (3), Desa berkembang (4), Desa maju dan (5), Desa mandiri. Desa-desa di daerah perbatasan sungguh memprihatinkan. Berdasarkan ukuran Indeks Desa Membangun (IDM) 2020 jumlah desa-desa di perbatasan yang memiliki status tertinggal dan sangat tertinggal sangat dominan. desa Wirajaya merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Jasinga yang masuk pada kategori desa tertinggal dengan IDM tahun 2020 sebesar 0,5819. Pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan data pada seluruh aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Setiap indikator memiliki skor. Penetapan skor menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Perhitungan indeks pada setiap dimensi dilakukan dengan metode skoring yang kemudian ditransformasikan menjadi sebuah indeks. Indikator kesehatan memiliki kontribusi terendah sebesar 0,57. Indikator ekonomi kontribusi terendah adalah indikator akses distribusi logistik sebesar 0,00. Indikator ketahanan lingkungan kontribusi terendah adalah indikator potensi rawan bencana sebesar 0,00..
Abstract
One measure of the success of village development is measured by the achievement of the Village Building Index (IDM), the status of success in the IDM is seen from 5 categories, namely (1). The status of the village is very underdeveloped, (2), underdeveloped village (3), developing village (4), developed village and (5) independent village. The villages in the border areas are really worrying. Based on the size of the Developing Village Index (IDM) 2020, the number of villages on the border that have the status of being left behind and very underdeveloped is very dominant. Wirajaya village is the only village in Jasinga District that is included in the category of underdeveloped village with an IDM in 2020 of 0.5819. Sampling was carried out by collecting data on all economic, social and environmental aspects. Each indicator has a score. The scoring uses the Analytical Hierarchy Process (AHP) method. The index calculation for each dimension is carried out using a scoring method which is then transformed into an index. Health indicators have the lowest contribution of 0.57. Economic indikator the lowest contribution is the logistics distribution access indicator of 0.00. The environmental resilience index consists of 3 indicators, namely, environmental quality indicators, disaster-prone potential and disaster response. Of the three indicators, the lowest contribution is the indicator of disaster-prone potential of 0.00..
"
References
" Indeks Desa Membangun. 2020. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Jakarta
Kursini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi.
Marimin. 2007. Tehnik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo.
M Dahria, dan Herriyance. 2016. Analisa Metode Analytical Hierarchy Process(AHP) dan SIMPLE Multi Attibute Rating Technique(SMART) dalam Pemilihan Produk Printer. ISSN: 1978-6603.Jurnal Ilmiah Saintikom(3 Oktober 2017)
Nita Merlina, dan Sarifah. 2015. Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Handphone Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process. ISSN: 1978-1946. Jurnal Pilar Mandiri Volume XI, No.1 Maret 2015. Diambil http://pilar.nusamandiri.ac.id/index.php/pilar/article/view/97(3 Oktober 2017)
Nugeraha, Didit. 2017. Sistem Penunjang Keputusan. Yogyakarta: Garudhawaca.
Permendesa PDTT Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun
www.kecamatanjasinga.bogorkab.go.id (2020)
www.wirajaya-jasinga.desa.id (2020)"